CERITA 17 ǀ CERITA XXX ǀ CERITA SEX ǀ CERITA MESUM ǀ CERITA DEWASA ǀ CERITA BIRAHI ǀ CERITA SERU ǀ CERITA NAKAL ǀ CERITA NGEWEK ǀ CERITA HOT ǀ CERITA PANAS ǀ CERITA TERBARU
Bag 5 – Pertama kalinya
( by : pemanah rajawali )
Lima menit kemudian Dewi merasakan seseorang menarik kainnya yang melingkari
pinggangnya. Dilihatnya Arjuna yang sekarang telanjang tanpa sarung memegang
kain itu. Arjuna perlahan menggunakan kain itu untuk mengeringkan peju di selangkangan
Dewi lalu kemudian Arjuna membersihkan selangkangannya sendiri.
Dewi yang masih mabuk kenikmatan memejamkan matanya
lagi. Dalam ketelanjangannya, ia seakan tidak berdaya melakukan apa-apa lagi.
Setelah membersihkan pejunya dari tubuh ibunya dan diri sendiri, Arjuna
melempar kain ibunya ke lantai. Lalu merebahkan diri di samping ibunya yang
masih tiduran dengan tangan kanan terangkat, bagian belakang telapak tangan
ibunya pun masih ditempelkan di dahi.
Arjuna yang tadi sudah ejakulasi, perlahan mulai horny lagi. Tubuh ibunya yang sintal, perut yang sedikit buncit namun tidak terlalu gendut menunjukkan lekuk tubuh perempuan dewasa yang walaupun pernah melahirkan namun tampak begitu manusiawi dan indah. Kedua payudaranya yang kini sedikit melebar ke samping karena sedang tiduran tidak tampak sebesar yang seharusnya, namun tidak mengurangi keindahan tubuh itu. Selangkangan yang dihiasi rambut tebal menambah erotis ketelanjangan ibunya itu. Apalagi bulu ketek yang tipis namun ikal, yang basah oleh keringat tampak menantang ketika dibuka seperti itu.
Arjuna mendekatkan hidungnya ke ketek ibunya. Hidungnya digelitik rambut di ketiak ibunya ketika bau tubuh ibunya yang belum mandi, bahkan sudah keringatan karena aktivitas tadi, menusuk tajam di hidungnya. Bau perempuan dewasa yang sangat digilai Arjuna membawa penis Arjuna yang tadi telah ciut, perlahan tapi pasti bangkit dari tidurnya.
Dewi merasakan ketiaknya disentuh oleh hidung
anaknya yang mengendus-endus mengeluarkan udara yang membelai pangkal lengannya
mengirimkan sensasi menggelitik.
“Kamu ga sekolah?”
“Hari ini ijin sakit saja, Bu.”
“Sakit apa? Orang kamu sehat….”
“Sakit cinta. Arjuna cinta mati sama ibu. Cuma ibu yang bisa menyembuhkan
penyakit ini.”
“Kamu kok gombal?” kata Dewi, namun ada perasaan bangga dan sensual ketika ia
mendengar anaknya mengatakan cinta kepadanya.
“enggak gombal, bu. Arjuna cinta banget sama ibu. Sakit rasanya kalau ibu
enggak membalas cinta ini. Ibu gimana?” kata Arjuna sambil terus bernafas di
ketek ibunya, sementara dagunya disandarkan di tempat tidur agar tidak pegal,
sementara tangan kanannya membentuk huruf V dengan telapak tangan yang ditaruh
di payudara kiri ibunya sambil perlahan mengusap-usap payudara itu.
“Ibu sayang Arjuna….”
“Kok sayang? Cinta dong, bu. Arjuna ga hanya sayang, tapi cinta. Cinta kekasih.
Kan kita kekasih? Ibu kan kekasih Arjuna…”
“Iya……”
“cinta, kan?”
“Iya…..”
“kok iya-iya mulu…. Bilang dong ibu cinta Arjuna…..”
“Ibu cinta Arjuna, kekasihku……”
“Nah gitu dong… tapi harus jelas bu. Siapa kekasih ibu? Harusnya ibu bilang
cinta kepada anakku… gitu…. Biar ga salah. Kan yang namanya Arjuna ga Cuma satu
di Indonesia…”
“Ibu cinta kamu, anakku…… anakku kekasihku…….. anakku yang ganteng…….”
“Gitu dong….” Kata Arjuna senang. Lalu mengecup ketiak ibunya. “Arjuna seneng
banget….. Arjuna sudah punya pacar. Pacarnya cantik dan seksi. Dewasa, lagi.
Arjuna kayak mimpi aja. Masih ga percaya…..”
“Kamu kok gombal mulu, Jun?” tapi hati Dewi jadi berbunga-bunga. Dibilang
cantik dan seksi. Arjuna sungguh romantis. Bapaknya saja beda jauh kalo
dibanding anak ini. Ayah Arjuna tidak punya sifat romantis sama sekali.
“Bau ibu enak banget. Bikin Arjuna semangat.”
Lalu Arjuna mulai menjilati ketiak ibunya lagi
sambil meremas payudara kiri ibunya. Dewi mulai terangsang lagi. Mulut Arjuna
asyik menjelajahi Dewi. Setelah puas menjilati ketek kanan ibunya, Arjuna mulai
menjilati dada kanan ibunya. Dewi mulai bangkit birahinya perlahan. Kedua
payudaranya mulai diserang anaknya lagi. Tetek kirinya dijamahi oleh tangan
kanan anaknya, sementara bukit yang kanan dijilati dan disedoti oleh mulut
anaknya itu. Dewi mulai mengerang-erang.
“aaaah….. iya, Jun. terus…… terus…….. remes tetek ibu……. Isepin tetek ibumu
ini……. Sayangku…… anakku sayang……… terus nenenin ibu…..”
Dada kiri Dewi mulai diselomoti mulut Arjuna,
sementara kini ganti tangan kiri Arjuna meremasi payudaranya yang sebelah
kanan. Dewi merasakan gejolak birahinya makin meninggi. Diremas-remasnya kepala
anaknya dengan kedua tangannya,
“terus Jun……. kekasih ibu…….. anak ibu sayang………. Terus sedot tetek ibumu
ini……. Anakku… pacarku……. Kekasihku…..”
Mulut Arjuna kini mulai menjilati perut Dewi. Dewi merasa geli sekaligus
birahi.
Kini kedua tangan anaknya mulai meremasi kedua payudaranya. Kini genggaman anaknya mulai mengeras membuat Dewi merasakan sensasi liar dan buas. Sementara lidah anaknya itu mulai menari dipusarnya, berputar-putar lalu menyapu dari atas ke bawah seakan ingin merasakan seluruh jengkal pusarnya itu.
Arjuna mencium bau tubuh ibunya makin santer tercium, keluar dari memek ibunya. Tak sabar, ia mulai menjilat ke bawah. Dijilatinya jembut ibunya yang lebat dan ikal itu, lalu disibaknya jembut itu, maka terlihatlah memek ibunya yang telanjang. Baru kali ini Arjuna melihat kemaluan ibunya tanpa tutup sedekat ini. Dua buah bibir rapat dihiasi ladang jembut di antara sepasang paha yang putih. Ditariknya kedua bibir memek ibunya, maka terlihatlah bagian dalam vagina ibunya. Bau tubuh ibunya kini seakan menguasai segenap lubang hidung Arjuna. Bau tubuh ibunya keluar dari organ intim, mahkota ibunya yang suci.
Bagian dalam memek ibunya berwarna merah, sedikit merah muda namun agak gelap. Dilihatnya klitoris ibunya menghiasi puncak keintiman ibunya dan di bagian bawah, bibir dalam vagina itu membuka memperlihatkan lubang surgawi milik ibunya.
Arjuna mulai menjilati memek ibunya. Dewi yang
memeknya belum pernah dijilat orang terkejut merasakan sensasi baru namun
asyik. Geli-geli namun geregetan sekali rasanya.
“Jun….. itu kan kotor…. Bekas kencing….. jangan ah…… jorok….” Namun walau Dewi
melarang, tapi tangannya malah menekan kepala Arjuna minta dijilat terus.
Arjuna merasakan sensasi aneh di lidahnya. Ada rasa asam dan getir di lidahnya, hidungnya mencium bau campuran antara bau tubuh ibunya dengan bau pesing air kencing ibunya. Namun, bukannya jijik, Arjuna malah tenggelam dalam nafsu binatang. Arjuna malah menjadi makin bernafsu menjilati kemaluan ibu kandungnya sendiri itu.
Bagaikan Anjing yang kehausan, Arjuna asyik sekali menjilati vagina ibunya. Ibunya kini menggelinjang tak keruan, matanya terpejam setengah dan hanya bagian putih yang terlihat dari bola matanya. Dewi merasa di awang-awang surga ketujuh. Memeknya terasa geli dan enak disapu lidah Arjuna. Apalagi karena yang menjilat adalah anak kandungnya sendiri, darah dagingnya sendiri, kenikmatan yang dirasakan Dewi menjadi bertambah hebat. Ada perasaan bersalah dan dosa, namun malah menambah intensitas birahinya. Dewi merasakan nikmatnya oral seks membuat dirinya lupa daratan. Seakan-akan seluruh tubuhnya hilang dan yang eksis hanya memeknya saja yang sedang dijilati.
Dewi tidak tahu berapa lama sudah anaknya menjilati
kemaluannya, yang jelas sebentar lagi ia kan mengalami orgasme, erangan Dewi
kini terdengar menjadi bentakan,
“Terus! Jilati memek ibu! Anak baik! Terus! Jilat yang cepat! Ah….. aha…. Jun……
jangan berhenti, Jun! terus! Jilat memek ibumu, Jun! geli, rasanya, Jun! enak….
Aaaaaah…….. heeeeeh…… terus jilat………..”
Tahu-tahu Dewi merasakan klitorisnya disedot. Dewi jadi menggila, ditekannya
kepala anaknya ke memeknya keras-keras sambil memutar pantatnya,
“Anak bandeeell……… kelentit ibu disedooooot……… aaaaaaah……….. enak banget,
juuuuuun! Sedot terusssss……… aaaaaaaah………..”
Dewi tiba-tiba menggelinjang keras dan menekan kepala anaknya sekuat tenaga.
Dirasakannya orgasme yang dahsyat, namun tidak hanya itu, Dewi tiba-tiba merasa
ingin pipis, dan keluarlah air kencingnya yang membanjur muka anaknya yang
gelagapan karena susah bernafas.
“Ngentooooooooot kammuuuuuuuuuuuu……………………. Ibu jadi kenciiiiiiing……………….. dasar
anak bandeeeellllllll……. Ibu jadi beginiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……..”
Lalu Dewi terhenyak di tempat tidur kelelahan. Ia meringkukkan badan sehingga
tidur menyamping dengan posisi bagaikan janin, dengan kedua kaki membentuk siku
dan kedua tangan yang memeluk kaki.
Arjuna baru saja melihat ibunya liar. Ia menjadi senang. Tidak lama lagi ibu akan jadi budak seksku, pikirnya. Apalagi ketika ibunya orgasme dan mengatakan kata-kata yang belum pernah ia dengar keluar dari mulut ibunya. Ditambah ibunya yang tak kuasa kencing juga menambah nuansa liar. Tadi Arjuna berusaha meminum semua air itu, namun tetap saja air itu tidak semuanya masuk ke mulutnya. Banyak yang menciprati wajahnya dan ada juga yang jatuh di kaki ibunya. Arjuna kini menjilati selangkangan dan paha ibunya yang terkena air kencing ibunya.
“Arjuna cinta ibu. Air kencing ibu aja Arjuna minum.
Nah, ini Arjuna bersihin badan ibu dari air kencing,” kata Arjuna sebelum mulai
menjilati selangkangan, paha dan tentunya memek ibunya.
Ketika akhirnya Arjuna menjilati memek ibunya terus, ibunya berkata,
“Udah, Jun. ibu capek……”
Arjuna menghentikan aksinya.
“Tapi jun kan belum?”
Dewi meluruskan kakinya walaupun tetap tidur menyamping.
“Kamu selipin aja di antara paha ibu, di bawah selangkangan.”
Arjuna lalu memposisikan dirinya dibelakang ibunya. Ibunya mengangkat sebelah kakinya. Arjuna menaruh penisnya di bawah memek ibunya. Ibunya merapatkan lagi kakinya sehingga kini kontol Arjuna dijepit kedua pahanya. Arjuna lalu memeluk ibunya dari belakang dengan kedua tangan menggengam payudara ibunya. Kepala Arjuna kini di punggung antara tulang belikat ibunya, berhubung ibunya masih lebih tinggi. Arjuna mulai menggoyang pantatnya maju mundur.
Punggung ibunya yang mengkilat karena keringat segera dijilati Arjuna. Arjuna dapat merasakan kulit punggung yang halus bergesekkan dengan lidahnya. Di lain pihak, kedua tangannya kembali meremas-remas buah dada ibunya yang lembut dan kenyal. Sementara itu, kontolnya mulai basah karena terkena cairan memek ibunya yang tadi baru saja orgasme, apalagi saat ini Arjuna sedang mengocok kontolnya di selangkangan ibunya dengan jepitan paha ibunya itu. Sementara, sensasi kedua paha ibunya yang menjepitnya sungguh dirasa nikmat, lebih nikmat dari coli dengan tangan sendiri.
Mulut Arjuna juga kadang mengecup dan mengenyot
punggung ibunya yang bermandikan peluh dan sekarang, bermandikan ludah Arjuna
juga. Sehingga tak lama kemudian punggung mulus ibunya telah dihiasi
bekas-bekas merah akibat cupangan. Jilatan kini sudah sangat melebar, cupangan
dan sedotannya juga makin kencang, sehingga menimbulkan bunyi kecipokan yang
keras.
Dewi mulai horny lagi. Memeknya digesekki oleh kontol anak kandungnya yang
keras, sementara kedua payudaranya diremas-remas secara kuat, dan punggungnya
dijelajahi oleh mulut dan lidah anak semata wayangnya itu. Semuanya membuat
Dewi kembali birahi untuk kesekian kalinya pagi itu.
Arjuna mulai menggerakkan tubuhnya perlahan ke bawah, mulutnya mulai menjelajahi bagian bawah punggung ibunya, namun bukan itu sebabnya, melainkan lama kelamaan batang kontolnya kini mulai mengarah vertikal ke atas, bagusnya ibunya belum sadar. Karena ia terus memaju mundurkan pantatnya yang menyebabkan Dewi tetap terhanyut goyangan ini dan tenggelam dalam nafsu birahi.
Suatu saat, Arjuna menarik pantatnya agak jauh lalu
menusukkannya secara cepat ke atas. Kepala kontolnya secara tiba-tiba menerobos
bibir vagina ibunya yang basah, hanya sayang saja lubang senggama ibunya luput,
sehingga kini kepala kontolnya ‘terpeleset’ dan bergerak sejajar lagi seperti
semula. Namun dalam sepersekian detik itu kontolnya telah masuk ke dalam
lipatan bibir vagina ibunya.
“Arjuna! Kamu ga boleh masukkin!” teriak ibunya.
“enggak dimasukkin kok, Bu. Kan ga masuk ke lubangnya. Ini Cuma gesek di luar
lubang, kok.”
Dewi tidak menjawab lagi. Karena memang burung
Arjuna tadi tidak masuk ke liang senggamanya, melainkan hanya lewat saja.
Arjuna kembali melakukan gerakan tadi, berhubung tidak ada protest dari ibunya.
Ditariknya pantatnya ke bawah lalu ditusuk ke atas. Kembali bibir luar vagina
ibunya merekah, kepala kontol Arjuna masuk ke dalamnya, kali ini ujung
kontolnya menekan ke pinggir lubang memek ibunya, karena tidak tepat bidikannya
sehingga kembali mencelat keluar dan menggesek sepanjang dinding vagina ibunya.
“Tuh…. Tadi hampir masuk,” omel ibunya.
“enggak, Cuma di pinggir lubang. Arjuna ga bakal masukkin kok. Nih liat…..”
Sambil berkata begitu, Arjuna menarik pantatnya lagi lalu mendorong kontolnya
ke arah memek ibunya. Kembali kontol Arjuna menggesek lubang senggama ibunya,
namun tidak masuk ke dalam karena posisi kontolnya sejajar dengan memek ibunya.
“ga masuk, kan? Tenang aja, bu….” Kata Arjuna.
Untuk beberapa lama, Arjuna menggeseki bagian dalam memek ibunya, sekedar melintas di atas lubang memek ibunya untuk kemudian ditekan di sepanjang bagian dalam memek ibunya itu sampai ke klitorisnya bahkan mungkin lebih jauh lagi karena terkadang palkon Arjuna menrasakan lebatnya jembut ibunya pada saat pantatnya menusuk ke depan.
Dewi merasakan permainan ini bahaya, ada kemungkinan
kontol anaknya dapat selip dan tiba-tiba masuk ke dalam liang senggamanya.
Hanya saja bahaya ini di lain pihak juga membuat jantungnya deg-degan dan
menambah rasa erotis yang lain dibanding dengan pasangannya, perasaan yang
menggetarkan jiwa. Persenggamaan ibu dan anak adalah hal yang tabu tapi secara
aneh membuat Dewi merinding bila memikirkannya.
“Janji, ya Jun? jangan dimasukkin…..”
“Tenang aja, Bu,” kata Arjuna, kali ini sambil mendorong tubuh ibunya dengan
tubuhnya sehingga kini ibunya tiduran tengkurap dengan Arjuna menindih bagian
belakang tubuh ibunya yang telanjang bulat itu. Arjuna merubah posisinya hingga
badannya sedikit lagi turun dari posisinya semula, agar lebih mudah beroperasi.
Kini kedua tangannya ditaruh di pundak ibunya, lalu Arjuna mulai mengocok-ngocok selangkangan ibunya lagi.
Gesekkan-gesekkan kontol anaknya membawa Dewi ke lembah birahi sekali lagi. Memeknya kini sudah basah total, bermandikan cairan kewanitaanya sendiri. Terkadang Dewi merasakan kepala kontol anaknya menggowes lubang memeknya untuk kemudian mencelat lurus menggeseki bagian dalam vaginanya menuju klitoris, sementara punggungnya menjadi korban keganasan mulut dan lidah anaknya.
Tiba-tiba dalam satu tusukkannya, Dewi merasakan
kepala kontol anaknya itu menancap di lingkar luar liang senggamanya. Dewi
kaget dan ketika ia hendak berteriak pada Arjuna, kontol Arjuna telah ditarik,
untuk kemudian kembali menggesek-gesek seperti sebelumnya.
“Kamu sengaja, ya? Hampir masuk, tadi!”
“kan baru hampir, berarti belum masuk, kan bu?”
Dewi hanya mendengus. Lalu kembali anaknya mengocoki vaginanya lagi. Bagian
dalam memek Dewi begitu licinnya sehingga gerakan kontol Arjuna begitu lancar
menggesek naik turun sepanjang vagina bagian dalam Dewi.
Tiba-tiba kembali kepala kontol Arjuna menancap di ujung lubang, namun secepat kilat ditarik kembali, lalu kembali menggesek-gesek. Kali ini Dewi tidak berkomentar. Yang penting belum masuk, pikirnya. Namun tak lama kemudian kontol itu kembali menancap lalu ditarik. Kemudian menggesek lagi. Dewi jadi curiga apakah ini kesengajaan atau tidak? Ia menghitungnya. Sekali menancap, sepuluh kali gesek. Sekali nancap, sembilan kali gesek.
Ketika kontol itu menancap di depan lubang, Arjuna tidak mendorong dengan kuat, hanya cukup untuk menempel saja, namun gerakan gesek berikutnya adalah gerakan yang cukup kuat untuk menggesek memeknya. Rupanya ada suatu pola. Pola berarti kesengajaan. Sungguh anaknya memang bandel.
Kini gerakan Arjuna sudah menjadi sekali nancap, lima kali gesek. Pola ini berlanjut beberapa lama. Mungkin tidak akan berubah lagi, pikir Dewi. Dan Dewi menjadi tidak terlalu memikirkannya lagi dan sekarang berusaha menikmati goyangan anaknya. Ketika Dewi mulai terombang-ambing, dirasakannya kini Arjuna telah merubah pola serangannya. Sekali tancap, dua kali gesek.
Dewi belum sadar bahwa gerakan ini cukup berbahaya
karena ia pun sedang menikmatinya atau juga mungkin sebentar lagi akan orgasme
sehingga tidak peduli akan segala hal apapun juga.
Pola gerakan Arjuna diimbangi Dewi. Ketika kontol Arjuna menggeseki memeknya
dua kali, maka Dewi membalas dengan menekan pantatnya kebawah sehingga tusukan
maju Arjuna ditambah dengan tekanannya sendiri membuat gesekkan kedua kelamin
itu menjadi lebih keras.
Dewi mulai mengoceh tak keruan,
“Iyaaaah….. gesek terus kontolmu, naaaaaak……. Cah baguuuuuus……… goyang terus
kayak gitu…… ibu bentar lagi sampaaaaiiiiiii……”
Gerakan mereka bertambah cepat. Dua kali gesek, sekali tancap. Dua kali gesek,
sekali tancap.
“Ibu mau sampeeeeeee……. Aaaaaaaah! Juuuuuuuuuuun jangaaaaaaan!! Ibu sampeeeeee…….”
Ternyata ketika Dewi berkata ibu mau sampe, Arjuna merubah pola gerakannya. Dari satu kali tancap, dua kali gesek, menjadi satu kali tancap, satu kali gesek dan satu kali tancap dan Arjuna menusuk ke depan dengan kuat, sementara kedua tangannya merangkul ibunya dari belakang dengan cara melingkarkan tangan melalui bawah ketiak ibunya, lalu telapak tangan dibuka ke dalam lalu memegang pundak depan ibunya dari arah bawah, sebelum gerakan tusukan di lancarkan.
Gerakan terakhir ini membuat kontol Arjuna serta merta ambles ke dalam liang senggama ibunya, karena selain tusukkan Arjuna yang disengajakan, Dewi juga sedang menekan ke bawah mengikuti irama satu tancap dua gesek tadi. Itu yang membuat ibunya teriak jangan.
Tapi, Dewi tidak berontak karena saat itu juga ia mengalami orgasme. Sudah lama sekali Dewi menahan nafsunya karena tidak pernah dinafkahi suaminya. Kini tiba-tiba ada kontol yang memasukki memeknya lagi, apalagi memang dia dalam keadaan birahi tinggi dan sudah hampir klimaksnya, maka ketika anaknya menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka Dewi mencapai orgasme yang begitu hebat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Arjuna merasa dirinya di surga ketujuh. Kini kontolnya sudah ambles masuk ke lubang kencing ibunya. Dirasakannya liang senggama ibunya begitu sempit meremas batang kontolnya. Dinding liang senggama ibunya basah oleh cairan kewanitaan dan terasa seperti pipa lembut yang menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang ibunya sedang orgasme.
Arjuna dapat merasakan pinggul ibunya yang sedikit bergetar seperti menggigil, sementara dinding lubang kencing ibunya berdenyut-denyut meremas kontolnya seakan ingin menyedot habis isi kontolnya. Arjuna segera mengentoti ibunya dengan gerakan liar dan buas. Ia ingin ejakulasi dan menyebarkan benihnya ke rahim ibunya dalam-dalam.
Arjuna yang sedang kalap karena nafsu, mengenyot
punggung ibunya keras-keras dan tak menggerakkan mulutnya lagi. Kedua tangannya
tetap merangkul ibunya dari belakang dan menekan tubuh ibunya seiring irama
tusukkan kontolnya. Suara selangkangannya beradu dengan pantat ibunya terdengar
berkali-kali ditingkahi suara erangan ibunya yang sedang orgasme.
“Juuuuuun…….. jangan entot ibu kayak gitu………………aaaaaahhhhhh……… jangan
dikeluarin di dalam…….. Junnnnn…… jangan dikeluarin di dalam………..
ssssshhhhhhhh………”
Arjuna yang baru sekali ini merasakan nikmatnya
bersenggama, apalagi yang disetubuhi ibunya sendiri yang cantik dan bahenol,
tidak berpikiran jenih ditambah buta soal begituan. Ia mendengar ibunya
berbicara namun mengartikannya berbeda. Ketika ibunya bilang jangan dikeluarin
di dalam, ia mengira ibunya meminta agar kontolnya jangan dikeluarin tetapi di
dalam aja. Sehingga Arjuna menjadi semakin semangat mengobok-obok kemaluan
ibunya dengan burungnya.
“uuuuh…… memek ibu nikmat banget………. Anget…….. licin sama sempiiiiit………..
Arjuna ga tahaaaaaan…..,” kata Arjuna lalu kembali mengenyot punggung ibunya
yang banjir keringat dengan keras, sementara nafsu birahinya seakan meledak.
Arjuna merasakan kenikmatan yang tak ada taranya. Ia sudah sering ejakulasi, tapi kali ini, sensasi mengentot ibunya sendiri seakan menambah berkali-kali lipat kenikmatan yang ia alami. Sambil menyedot punggung ibunya kuat-kuat, Arjuna melepaskan pejunya di dalam rahim ibunya sambil menekan burungnya dalam-dalam.
Bila ada orang yang melihat adegan di kamar itu tentu akan terhenyak. Seorang Ibu muda yang cantik dan seksi sedang tengkurap ditindih anaknya sendiri, sementara anaknya itu merangkul ibunya dan menghujamkan kontolnya secara brutal ke dalam memek ibunya sambil mengenyot punggung mulus ibunya itu.
Akhirnya Arjuna lemas dan menindih punggung ibunya.
Ibunya pun berbaring bagaikan orang pingsan, hanya saja keduanya bernafas
berat, sedikit tersengal-sengal bagaikan orang yang baru saja selesai lari
marathon.
Setelah hampir dua menit Arjuna menindih ibunya, ibunya membalikan tubuh
sehingga Arjuna jatuh kesamping. Kemudian Dewi menarik tubuhnya sehingga
kelamin mereka lepas. Air mani anaknya menetes perlahan dari memeknya. Lalu
Dewi berkata,
“Jun. nanti ibu hamil.”
“emang kenapa bu? Bukannya ibu suka dan menikmati juga emang kenapa kalo hamil?
Ibu ga suka punya anak? Arjuna suka banget kalau punya adik. Tapi ibu ga pernah
ngasih ade sih….”
Dewi terdiam. Lalu berkata,
“Panjang ceritanya, Jun. yang jelas, semenjak kamu lahir, Ayah kamu sama ibu
sudah tidak pernah campur lagi. Kalau ibu hamil, Ayah kamu akan mengira ibu
selingkuh.”
“Jadi ibu ga boleh hamil?”
Dewi menggeleng.
“Emang kalau Arjuna masukkin titit ke memek ibu kayak gini, ibu pasti hamil?”
“Belum pasti. Tapi kemungkinan besar.”
“supaya pasti tidak hamil bagaimana?”
“Bisa pakai alat KB seperti pil, suntik dan lain-lain. Atau KB Alami.”
“Alat KB mahal ya, bu? Kalau KB alami juga mahal?”
“KB Alami gratis kok, Cuma lebih susah.”
“Caranya?”
“ada yang pakai kalender, agak susah diceritakan. Tapi yang ini susah untuk
diikuti, dan sebagian besar orang tidak berhasil.”
“Ada yang lain?”
“Bisa juga lelakinya ngecrot di luar.”
“Maksudnya?”
“Kamu tau kan ejakulasi?”
“maksudnya?”
“titit kamu keluarin cairan putih, tapi bukan kencing. Kayak ini,” Dewi
menunjukkan cairan peju anaknya yang keluar dari memeknya yang baru saja
dientot anak tunggalnya itu.
“Oh itu ….. emang kenapa?”
“Nah, kalau lelaki menaruh tititnya di tempik perempuan itu namanya berhubungan
badan. Nah, hubungan badan itu akan selesai ketika lelaki mengeluarkan cairan
putih itu. KB Alami lainnya adalah waktu cairan itu mau keluar, lelaki mencabut
tititnya dari tempik perempuan lalu mengeluarkan cairan itu di luar tempik
perempuan itu. Mengeluarkan cairan putih itu namanya ejakulasi.”
“Oh, kalau ejakulasi di dalam tempik perempuan bisa hamil ya?”
“Iya.”
“Kalau begitu nanti Arjuna keluarin di luar. Kan ibu ga bakal hamil.”
“Jarang lelaki yang belum berpengalaman kayak kamu ini bisa menahan ketika saat
ejakulasi. Tadi saja kamu ga tahan kan. Ini peju kamu udah di dalam perut ibu.”
“Yaaaa…. Kan Jun tadi ga dikasih tahu. Bagaimana kalau nanti kita beginian
lagi, Jun akan keluarin air mani Jun di luar tempik ibu…….”
“Susah, Jun, untuk lelaki menahan tidak buang di dalam. orang harus latihan
dulu.”
“Latihan di mana? Masa cari orang dulu?” kata Arjuna, ia ingin sekali ngentotin
memek ibunya terus. Tapi melihat muka ibunya yang serius, maka Arjuna menjadi
takut kalau nanti ibunya ga mau lagi meneruskan hubungan terlarang lagi.
Setelah berpikir agak lama, Arjuna mendapatkan
pikiran lain, ia pernah lihat majalah porno di mana ada gambar lelaki sedang
mengentot perempuan, namun kontolnya masuk lubang belakang. Mungkin kalau
ibunya belum mau dientot memeknya lagi, Arjuna dapat menggunakan lubang pantat
ibunya. Maka katanya,
“Gini aja deh bu, gimana kalau Arjuna latihan di lubang yang satu lagi?”
“Maksud kamu?”
“Lubang dubur ibu.”
“Apaaa? Iiiih…. Kamu jorok banget.”
“kalau di situ ibu bisa hamil ga?”
“enggak.”
“Ya udah, biar Arjuna latihan dulu di situ sampai bisa tahan ejakulasi.”
“Ya ampun, Jun. itu kan kotor. Tempat keluarnya tai ibu loh…..”
“Justru itu. Kan lubang itu kotor. Ibu pakai cuman untuk berak aja. Kalau ibu
sayang, ibu kasih lubang itu untuk Jun pakai buat latihan, donk. Kan lubang itu
ga bakal bikin hamil dan juga Cuma tempat kotoran aja. Ibu ga boleh pelit.”
Dewi terdiam dan terpaksa mengakui kata-kata
anaknya. Mereka terdiam beberapa saat. Arjuna menikmati melihat ibunya yang
telanjang. Buah dadanya yang ranum itu sedang naik turun karena bernafas.
Sementara tubuh ibunya yang mengkilap karena keringat tampak bagaikan pahatan
indah yang hidup.
Sekarang sudah telat untuk sekolah. Arjuna memeluk ibunya dari samping lalu
berkata,
“Bu….. ibu cantik sekali….” Lalu mencium ibunya
perlahan. Dewi yang sedang banyak pikiran tiba-tiba merasakan bibirnya dikecup
anaknya perlahan. Akhirnya beberapa saat kemudian ia membalas ciuman anaknya
itu.
Makin lama ciuman mereka makin hot. Burung Arjuna jadi tegang lagi. Entah
karena baru merasakan ngentot, entah karena ingin merasakan lubang pantat
ibunya, sehingga birahi Arjuna menanjak lagi.
“Bu…. Arjuna mau latihan masukkin burung di lubang belakang ibu…..”
Bersambung ke Seri 6 - Arjuna dan dewi pertama kali anal
Gudang cerita 17 xxx